Berdialog dengan Alam
Tanggal 10 Januari diperingati sebagai hari gerakan sejuta pohon internasional. Selain gerakan sejuta pohon, tanggal 21 November juga diperingati sebagai Hari Pohon Sedunia atau World Tree Day yang bertujuan untuk mengingat dan menghormati jasa dari J Sterling Morton, seorang pencinta alam dari Amerika Serikat.
Pohon merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia karena dapat mengurangi kadar karbon dioksida (CO2) yang ada di muka bumi. Selain itu, pohon juga dapat mencegah terjadinya banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainnya. Berdasarkan data Forest Watch Indonesia (FWI), di Indonesia, hutan mengalami pengurangan lahan selama periode 2013 sampai 2017 sebanyak 5,7 juta hektar.
Sedangkan berdasarkan World Resources Institute (WRI), sepanjang tahun 2019, dunia kehilangan tutupan pohon hutan primer seluas 11,9 juta hektar. Hampir sepertiga dari angka tersebut -3,8 juta hektar- terjadi di hutan primer tropis. Berarti setiap 6 detik, dunia kehilangan hutan primer tropis seluas satu lapangan sepak bola. Saat ini, Brasil menjadi negara dengan kehilangan hutan primer terbesar di dunia, yakni sekitar 1.361.000 hektar. Kemudian disusul Republik Demokratik Kongo sebesar 475.000 hektar, dan ketiga adalah Indonesia yang kehilangan hutan primer sebesar 324.000 hektar.
Kebijakan di Cina telah mengupayakan perluasan hutan hingga 30% hingga tahun 2050, terutama di kota Bejing wilayah bagian utara yang terancam seperti gurun. Meskipun, data dari World Bank mengatakan hanya ada 22% peningkatan luas hutan.
Kesadaran terhadap lingkungan hidup harus terus dikampanyekan di seluruh dunia. Gerakan sejuta pohon juga harus disertai dengan perilaku perusakan lingkungan seperti pembakaran hutan, penebangan pohon secara liar, alih fungsi hutan, dan lain sebagainya.
Baca Juga : Bencana Sesungguhnya
Mengajak Berdialog Alam
Manusia zaman modern selalu berpikir tentang dirinya, tanpa peduli terhadap sekitar. Tujuan utamanya adalah untuk bertahan hidup dan terpenuhi segala keinginannya. Risiko mengorbankan kerusakan hubungan terhadap sesama dan lingkungan. Mengabaikan fungsi dan nilai alam sebagai subjek utama kehidupan manusia. Mengeksploitasi alam sedemikian rupa untuk kepentingan diri dan kelompoknya.
Data dan dampak kerusakan alam dianggap keniscayaan. Menghancurkan ekosistem yang bisa membahayakan banyak orang dan bahkan anak cucunya kelak. Era teknologi membutakan sikap kepedulian terhadap lingkungan yang semakin lama semakin mengkhawatirkan.
Banjir, polusi, perubahan iklim, dan kelangkaan sumber daya adalah sebagian dari banyak dampak yang diakibatkan ulah manusia serakah penuh ketamakan. Jangankan menanam pohon, merawat pohon pun manusia malas. Indonesia yang digadang-gadang menjadi paru-paru dunia berubah menjadi lahan-lahan industri. Berharap udara menjadi bersih, malah dikotori dengan polusi asap pabrik dan kendaraan.
Kesadaran terhadap lingkungan tidak cukup dengan kampanye di ruang-ruang publik. Sistem pendidikan juga berperan penting membentuk generasi yang peka terhadap nasib lingkungan hidup. Manusia harus membiasakan berinteraksi dengan alam. Mengajaknya berbicara dan mencukupi kebutuhan hidupnya.
Penciptaan manusia bertujuan untuk menjaga bumi dari kerusakan. Namun perilaku manusia yang terlanjur fanatik terhadap teknologi telah mengubah tujuan hidup yang semua mengeksplorasi menjadi tukang eksploitasi. Jika rasa empati dan simpati sudah hilang dalam diri manusia modern, maka harapan hidup bagi generasi mendatang sudah usai.
Peran media, pemerintah, hinga masyarakat harus selalu disosialisasikan. Gerakan menanam seribu pohon adalah salah satu bentuk keprihatinan pecinta lingkungan bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Mengajari menanam benih dan memberikan wawasan tentang kemanfaatan lingkungan hidup kepada generasi muda. Jangan sampai bencana atas kemurkaan alam dijadikan penyesalan karena terlambat menyadari pentingnya lingkungan hidup bagi manusia.
Baca Juga : Menjilbabi Nusantara
Dampak Kerusakan Alam
Pohon sangat penting bagi kebutuhan hidup manusia. Subjek utama alam adalah keberadaan pohon. Kehilangan pohon berarti turut menghilangkan banyak ekosistem yang menggantungkan hidup kepada pohon. Sebagai sumber daya alam, tempat tinggal, dan penangkal bencana alam yang sudah banyak merenggut korban jiwa.
Kerusakan alam berarti menghilangkan hak asasi manusia untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan nyaman. Merusak dengan alasan investasi, pendapatan daerah/ negara, hingga pemanfaatan sumber daya alam adalah sikap naif manusia serakah. Alam laiknya manusia yang berperasaan. Akan marah jika keberadaannya diusik dengan mesin atau tenaga industri.
Sudut pandang fisiologi, agama, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya melarang perilaku yang berpotensi merusak alam. Pengerusakan lingkungan hanya dilakukan karena faktor konsumerisme, kapilatis, dan karakter serakah yang ada dalam diri manusia. Asalkan keinginan terpenuhi, mereka tega membiarkan sesamanya mati karena bencana alam dan anak cucunya sengsara karena kekurangan air bersih, suhu bumi yang meningkat, dan perubahan iklim yang sulit diprediksi.
Pernah dimuat di Media Indonesia
https://mediaindonesia.com/opini/377741/mari-berdialog-dengan-alam
Post a Comment