KH. Said Aqil Siradj
Dari hasil wawancara dengan KH. Muh. Musthofa yang merupakan adik kandung Said Aqil Siradj. Beliau terlahir dengan nama Ahmad Said bin Aqiel bin Siradj bin Muhammad Said. Said Aqil Siradj lahir pada 03 Juli 1953, di Kempek, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dari pasangan, KH. Aqiel Siradj dan Nyai Hj. Afifah binti Kyai Harun KH. Aqiel Siradj merupakan pengasuh Pondok Pesantren Kempek yang menjadi salah satu pesantren penting di Cirebon. Kyai Aqiel merupakan menantu dari Kyai Harun bin Abdul Jalil, yang menjadi benteng dari Pesantren Kempek.
KH. Muh. Musthofa Aqil Siradj juga menuturkan bahwa ketika Said Aqil Siradj masih kecil sering minum air tajin dan juga sering meminum air “wicikan” (bekas cuci tangan ayahandanya yaitu Mbah Aqil Siradj).
Pesantren Kempek berpengaruh penting dalam proses hidup Said Aqil Siradj dan kaka dan adik-adiknya. Sebab, di Pesantren ini Said Aqil Siradj menemukan jalan pengetahuan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang menuntun langkahnya untuk menemukan sumber-sumber pengetahuan dalam Islam yang luas (Haroen: 2015).
Said Aqiel Siradj adalah putra ke dua dari lima bersaudara yang dikenal dengan sebutan Pandawa Lima yaitu Abuya KH. Ja'far Shodiq Aqiel Siradj (Alm), KH. Said Aqiel Siradj, KH. Muh. Musthofa Aqiel Siradj, KH. Ahsin Syifa Aqiel Siradj (Alm) dan KH. Ni'amillah Aqiel Sirad. Kelima bersaudra tersebuta berdomisili di Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon kecuali KH. Said Aqiel Siradj berdomisili di Jakarta karena tugas beliau sebagagai ketua umum PBNU yang merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia (Haroen : 2015).
Ayahanda Kyai Aqiel mewarisi darah ulama, dari pesantren Gedongan, Cirebon. Ia merupakan puta dari Kyai Siradj, yang msih keturunan dari Kyai Muhammad Said Gedongan, Cirebon. Kyai Muhammad Said, merupakan ulama yang menyebarkan Islam dengan mengajar santri di pesantren, dan turut berjuang melawan penjajah Belanda. Kyai Muhammad Said Gedongan wafat pada tahun 1931.
Gedongan terletak di desa Ender, Kecamatan Pangenan, di kawasan Timur Cirebon, Jawa Barat. Kampung ini, bersebelahan Blok Kubnagbango, Ender di sebelah utara dan Clekepu (Getrakmoyan) di sebelah selatan. Sedangkan disebalah timur berbatasan dengan sungai pembatan, batas kecamatan Pangenan- Gebang dan di sebelah barat berbatesan dengan Blok Rakit. Desa Ender di kampung ini, berdiri pesantren asuhan Kyai Muhammad Said. Kyai Said berjuang pada abad 18. Pada awalnya, Kyai Said mengasuh sekitar 20 santri, sebagai cikal bakal Pesantren Gedongan (Ahmad Musthofa Haroen : 2015).
Sedangkan Ibunda Said Aqil Siradj yaitu nyai Hj. Afifah adalah putri kesembilan dari sebelas bersaudara yang merupakan putri dari KH. Harun dan Nyai Ummi Laila, Kyai harun merupakan pendiri Pondok Pesantern Kempek.
Kempek merupakan nama sebuah desa di sebelah barat Cirebon, sekitar 20 km dari kota Cirebon, Jawa Barat. Kempek berada diwilayah kecamatan palimanan, yang diapit dua jalan besar arah jakarta dan bandung. Sejarah pesantren Kempek, tak bisa dilepaskan dari dari perjuangan Kyai Harun. Beliau adalah seorang ulama yang mewarisi tradisi intelektual dari kyai-kyai Cirebon dan priyai dari Kasultanan Cirebon.
Kyai Harun banyak berguru dari ulama-ulama di pesantren Jawa barat dan Jawa tengah, di antranya KH. Yusuf (Indramayu). Kyai Ubaidillah (Tegal) dan KH. Murtadho (Pekalongan). Pada 1908, Kyai Harun mendirikan pesantren di kampung ini, Kyai Harun merupakan buah hati KH. Abdul Jalil Pekalongan dan Nyai Hj. Kamali, wanita berdarah Sunda dari Kedondong Cirebon.
Kyai Harun wafat pada 23 Maret 1935. Kemudian pengajian pesantren dilanjutkan oleh putra dan menantu beliau. Di antra putara beliau adalah KH. Yusuf Harun, KH. Umar Sholeh, KH. Hasan Harun. Sedangkan menantu beliau adalah KH. Mashur Zubair Losari, KH. Zuhdi Ilyas Surakarta, Kyai Muslim Tegal, KH. Nashir Abu Bakar Tegal, Kyai Ma’sum Siroj Gedongan, dan Kyai Aqiel Siroj Gedongan.
Kemudian Kyai Aqil Sirodj yang merupakan ayah dari Said Aqil Siradj mengembnagkan sistem pendidikan madrasah, untuk melengkapi pembelajaran santri di pesantren, kyai Aqil mengembangkan pesantren kempek, dengan merintis Majlis Tarbiyatul Mubtadi’ien pada tahun 1960-an yang kemudian sekarang menjadi Pondok Pesantren KHAS Kempek. Kyai Aqil memiliki lima Putra yaitu :
- KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siradj (Almarhum)
- KH. Sa’id Aqiel Siradj
- KH. Moh. Musthofa Aqiel Siradj
- KH. Ahsin Syifa Aqil Siradj (Almarhum)
- KH. Ni’amillah Aqiel Siradj
Dari kelima putra kyai Aqil tersebut, semuanya menjadi pengasuh pesantren dan berpengaruh di lingkungan masyarakat masing-masing, termasuk Said Aqiel Siroj yang menjadi ketua PBNU pusat (Ahmad Musthofa Haroen : 2015).
Said Aqiel Siradj nasabnya tersambung dengan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati) berasal dari jalur ayahandanya (Kyai Aqiel) yang merujuk pada pesantren Gedongan, dan dari jalur ibunya dari Pesantren Kempek. Akan tetapi, pendapat yang kuat dan dapat diverifikasi secara jelas berasal dari jalur ayahandanya, yakni Kyai Aqil bin Kyai Siradj bin Kyai Said.
Selain itu, Said Aqil Siradj juga tersambung dengan jalur silsilah keluarga Syekh Ahmad Mutamakkin Kajen. Hal ini, pernah terdengar ketika bersilaturahmi dengan kyai Sahal Mahfudh. Kang Said masih memiliki hubungan famili yang akrab dengan Kyai Sahal Mahfudh
Keluarga Said Aqil Juga juga memeiliki hubungan silsilah dengan Syekh Syarif Hidayatullah. Hubungan darah yang tersambung dari kakeknya, Kyai harun membuktikan bahwa pesantre-pesantren di Cirebon memiliki hubungan kekeluargaan yang yang kental. Silsilah ini, bukan dimaksudkan sebagai penghormatan diri, atau pencitraan semata. Akan tetapi untuk menjaga silaturahmi antar keluaraga, pesantren dan menjaga amanah perjuangan Islam yang sudah diwariskan oleh Walisongo, terutama Syekh Syarif Hidayatullah.
Runtutan silsilah ini, bermula dari kang said bin Ny. Afifah binti Kyai Harun bin Ny. Madrawi binti Pangeran Hasanudin bin Sultan Anom Moh. Kaharuddin I bin Sultan Anom Abu Sholeh Imamuddin bin Sultan Anom Khaeruddin bin Sultan Anom Alimuddin bin Sultan Anom Raja Mandura Raja Kadiruddin bin Sultan Anom Muhammad Badruddin bin Panembahan Girilaya bin Pangeran Dipati Anom Cirebon bin Panembahan Ratu bin Pangeran Dipati Carbon bin Pangeran Pasarean bin Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Selanjutnya, dari Syekh Syarif Hidayatullah, nasabnya tersambung secara runtut dengan Fatimah Az-Zahra binti Rasulallah SAW. Dengan demikian, silsilah keluarga dan genealogi pengaetahuan pesantren, yang menjadi akar keilmuan Kang Said dapat ditelusuri secara jelas ini menjadi ciri khas pesantren yang mewarisi keilmuan islam secara runtut, bukan secara serampangan mengamalkan keilmuan Islam (Ahmad Musthofa Haroen : 2015).
Baca Juga : KH. Maimoen Zubair
Riwayat Pendidikan Said Aqil Siroj
Bagi Said Aqil Siradj peran ayah hanadanya, Kyai Aqil bin Sirodj sangat penting bersama istrinya, Nyai Afifah. Kyai Aqil merawat anak-anknaya dengan kasih sayang, sekaligus menuntun putra-puranya menelusri sumber pengetahuan hidup Kyai Aqil merupakan tipikal orang alim yang sederhana. Baginya, yang terpenting adalah putra-putranya mau ngaji/belajar sebagai bekal pengetahuan.
Pengaruh Kyai Aqil Siradj, sangat terasa dalam proses hidup Said Aqil Siradj. Beliau mengawali pendidikan dengan mengaji kepada ayahandanya, saat itu, ia juga belajar di Sekolah Rakyat (SR). Setelah itu, Said Aqil Siradj meneruskan pengembaran kepesantren lirboyo kediri, tabarukan jejek langkah ayahandanya yang mengaji kepada kyai manaf. Said Aqil Siradj berniat untuk ngalap berkah ke ilmuan Mbah Mahrus Ali, yang merupakan pengasuh Pesantren Lirboyo kediri di Pesantren ini, Said Aqil Siradj mengaji kepada Kyai Mahrus Ali, yang terbilang masih familinya. Kyai Said meneruskan amnah ayahnadanya untuk mengaji dipesntren.
Said Aqil Siradj di PP Lirboyo Kediri merampungkan mengajinya hingga tingkat Madrasah Aliyah. Kemudian ia melanjutkan belajar ke Universitas Tribakti yang dekat dengan lokasi Pesantren Lirboyo. Beberapa pengasuh Pesantren Lirboyo yang terlibat untuk mengajar dan merawat Universitas Tribakti, yang kemudian juga diikuti oleh santri-santri senior untuk kuliah di kampus ini. Akan tetapi, Said Aqil Siradj tidak puas dengan pengembaraan ilmu pengetahuan di universitas ini, Akhirnya, ia pindah menuju kota mataram, menuju Ngayogyakarta Hadiningrat. Di Yogya, Said Aqil Siradj mengaji di Pseantren Al-Munawwir di bawah bimbingan langung Kyai Ali Masum (Ahmad Musthofa Haroen : 2015).
Ketika mengaji di Yogyakarta, Said Aqil Siradj juga belajar di Institut Agama Islam Negri Sunan Kalijaga (Sekarang UIN Sunan Kalijaga). Ketika itu, Mbah Ali Mashum sebagai Guru Besar di kampus ini. Akan tetapi, hampir sama ketika kuliah di Universitas Tribakti, Kang Said juga belum puas dengan iklim akademik di negri ini.
Pada tahun 1980, Said Aqil Siradj berangkat menuju makkah ditemani istrinya, Nurhayati. Pada 1982, Said Aqil Siradj berhasil lulus strata 1 jurusan ushuluddin. Kemudian, ia melanjutkan S-2 di jurusan perbandingan agama, lulus 1987. Setelah itu, Said Aqil Siradj langsung meneruskan belajar kejenjang doctoral, dan lulus camlaude pada 1994. Dalam masa perjuangan belajar di Makkah, Said Aqil Siradj sangat terbantu dengan hadirnya istri tercinta disampingnya (Ahmad Musthofa Haroen : 2015).
Berikut rincian jenjang pendidikan, jabatan dan organisasi yang pernah diikuti oleh Said Aqil Siradj :
Pendidikan
- Madrasah Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek Cirebon dan SR (Sekolah Rakyat)
- Hidayatul Mubtadi‟en Pesantren Lirboyo Kediri (1965-1970)
- Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (1972-1975)
- S1 Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah, lulus 1982
- S2 Universitas Umm al-Qura, jurusan Perbandingan Agama, lulus 1987
- S3 University of Umm al-Qura, jurusan Aqidah / Filsafat Islam, lulus 1994
Jabatan
- Tim ahli bahasa Indonesia dalam surat kabar harian Al-Nadwah Makkah (1991)
- Dosen di Institut Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) (1995-1997)
- Dosen pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1995-sekarang)
- Wakil Direktur Universitas Islam Malang (Unisma) (1997-1999)
- MKDU penasihat fakultas di Universitas Surabaya (Ubaya) (1998- sekarang)
- Wakil ketua dari lima tim penyusun rancangan AD / ART PKB (1998)
- Komisi member (1998-1999)
- Dosen luar biasa Institut Islam Tribakti Lirboyo Kediri (1999 – sekarang
- Majelis Permusyawaratan Rakyat anggota fraksi yang mewakili NU (1999-2004)
- Lulusan Unisma direktur (1999-2003)
- Penasehat Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) (2001-sekarang)
- Dosen pascasarjana ST Ibrahim Maqdum Tuban (2003-sekarang)
- UNU Dosen lulusan Universitas NU Solo (2003-sekarang)
- Lulusan Unisma dosen (2003-sekarang)
- Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (UI)
- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama (PBNU) 2010-2015
Organisasi
- Sekertaris PMII Rayon Krapyak Yogyakarta (1972-1974)
- Ketua Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Mekkah (1983-1987)
- Wakil Katib 'aam PBNU (1994-1998)
- Katib 'aam PBNU (1998-1999)
- Penasehat Gerakan Anti Diskriminasi Indonesia (Gandi) (1998)
- Ketua Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB) (1998-sekarang)
- Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam UI (1998-sekarang)
- Wakil Ketua Tim Gabungan Pencari fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 (1998)
- Ketua TGPF Kasus pembantaian Dukun Santet Banyuwangi (1998)
- Penasehat PMKRI (1999-sekarang)
- Ketua Panitia Muktamar NU XXX di Lirboyo Kediri (1999)
- Anggota Kehormatan MATAKIN (1999-2002)
- Rais Syuriah PBNU (1999-2004)
- Ketua PBNU (2004-sekarang)
Baca Juga : KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim
Kiprah Said Aqil Siradj
Gebrakan awal Said Aqil Siradj adalah menggulirkan wacana perlunya umat Islam Indonesia melakukan rekonstruksi pemahaman ahlussunnah wal- jamaah. Bagi Said Aqil Siradj, hal itu dipandang perlu mengingat selama ini umat Islam Indonesia masih belum mampu mencairkan sekat-sekat pemahamannya akan Islam. Lebih unik lagi, kritik ahlussunnah yang dilakukan Said Aqil Siradj dengan pendekatan sejarah Islam ternyata membawa trend tersendiri di kalangan santri. Booming Said Aqil di pertengahan tahun 1990-an berhasil memaksa komunitas pesantren untuk belajar sejarah Islam. Padahal selama berabad-abad, pesantren di Indonesia didominasi oleh kajian fikih dan grammer Arab.
Berkiprah di NU: Membangun Tradisi Kritis
Said Aqil Siradj tergolong salah seorang intelektual muda NU yang concern di bidang wacana keislaman. Kedatangannya dari Timur Tengah semakin menambah deretan anak muda NU yang selama ini berkutat di gerakan kultural. Kritik tajam Said Aqil Siradj bahkan sempat menuai reaksi keras dari komunitas kiai pesantren. Tak pelak, Said Aqil Siradj pernah `diadili' puluhan kiai dalam forum halaqah (Lokakarya).
Tidak lama kemudian, Said Aqil juga mendapatkan surat teguran dari kiai- kiai Jawa Timur. Berbagai label juga sempat menghiasi lembar namanya; `agen Syiah', `kafir', “agen Yahudi”, `neo Mu'tazilah' dan lainnya. Bahkan muncul juga usulan agar Universitas Umm al-Qura mencopot gelar doktoralnya. Menanggapi semua itu, Said Aqil dengan enteng pernah berkomentar, “Apapun gelar yang diberikan, saya tidak peduli. Jangankan gelar doktoral, gelar haji pun jika mau dicopot akan saya berikan.”
Belum tuntas wacana Ahlussunnah wal Jamaah dikupas, Said Aqil Siradj kembali menggulirkan pandangan kontroversial. Kali ini ia menarik teori ukhuwah insaniyah ke tataran aplikatif. Said Aqil Siradj mendatangi undangan Gereja Katolik Aloysius Gonzaga Surabaya untuk memberikan khotbah sebelum acara misa. Keberanian ini tentu saja menuai reaksi beragam. Said Aqil Siradj pun sempat dituduh sebagai tokoh NU yang mencampur-adukkan ajaran agama- agama. Terlepas dari kontroversi yang ada, Said Aqil telah memberikan konstribusi yang cukup besar bagi dunia keilmuan di Indonesia, khususnya di kalangan Islam pesantren.
Said Aqil Soradj dikenal sebagai tokoh Islam moderat. Sikap dan pandangannya yang moderat, toleran dan akomodatif membuat Said Aqil dikenal oleh hampir semua kalangan dan kelompok. Aktifitasnya pun semakin padat seiring dengan kepercayaan segenap elemen masyarakat kepadanya. Tercatat beberapa kelompok masyarakat yang membutuhkan pikirannya, di antaranya: Anggota KOMNAS HAM Penasehat Angkatan Muda Kristen Republik Indonesia, Pendiri Gerakan Keadilan dan Persatuan Bangsa (GKPB), Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa 12 Mei, Pendiri Gerakan Anti Diskriminasi (GANDI), Dewan Penasehat ICRP, Anggota MPR RI F-UG (dari NU), Panitia Pembangunan Gereja Jagakarsa Jakarta Selatan, dan lain-lain.
Keliling Indonesia: Menebar gairah berpikir
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kualitas keilmuan Said Aqil Siradj cukup teruji. Intensitas aktifitas keilmuannya juga tinggi. Dalam seminggu, hampir dipastikan 3-4 hari waktunya dihabiskan untuk keluar masuk kota-kota di seluruh Indonesia. Berbagai forum ilmiah didatangi; mulai dari forum pengajian di desa terpencil hingga seminar di hotel-hotel berbintang. Semangat `turun' ke pelosok-pelosok negeri ini didasari oleh obsesi kuatnya untuk membawa masyarakat Islam ke altar `kesadaran intelektual'.
Di tengah kesibukannya yang tinggi, Said Aqil masih meluangkan waktunya untuk berinteraksi dengan para mahasiswa. Said Aqil tercatat sebagai Direktur Pascasarjana UNISMA Malang, dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dan dosen terbang di beberapa Perguruan Tinggi di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Karya-Karya Ilmiah Said Aqil sering menjadi bahan inspirasi bagi anak- anak muda NU dalam menorehkan gagasan-gagasannya. Beberapa buah pikirannya juga sering dijadikan rujukan mereka, tak terkecuali metodologi berpikirnya. Hanya saja kesibukannya yang tinggi sangat menyita waktunya hingga berimplikasi pada minimnya waktu yang tersedia untuk mencuatkan gagasan-gagasannya dalam bentuk tulisan atau sebuah buku. Said Aqil Siradj lebih sering mencuatkan gagasan-gagasannya secara langsung. Forum-forum seminar, wawancara dengan kuli tinta dan media elektronik sering ia optimalkan untuk mengenalkan dan menyosialisasikan pemikirannya.
Strategi `akrab dengan media' memang cukup efektif untuk pribumisasi gagasan. Meski demikian akan semakin lengkap ketika hal itu diikuti dengan penjabaran gagasan lewat sebuah tulisan yang utuh. Bagaimanapun juga, buku adalah sarana ekspresi yang sangat efektif dan menjanjikan kepuasan tersendiri. Hal ini juga disadari Said Aqil. Waktu senggangnya sering ia gunakan untuk mereview `kegelisahan pikirnya' dengan menuangkan ke dalam bentuk tulisan.
Said Aqil Siradj sering mengisi rubrik opini beberapa media cetak nasional. Dia juga `mengakrabi' anak-anak muda untuk diajak bersama-sama mengenalkan pandangan-pandangan `tasawuf sosial'-nya. Maka ia buatlah Jurnal Khas Tasawuf, di samping juga pelatihan tasawuf untuk remaja.
Sedangkan dalam bentuk buku, pemikirannya telah tertuang ke dalam beberapa buku, "Ahlussunnah wal-Jamaah dalam Lintas Sejarah", (Lakpesdam Yogjakarta), "Islam Kebangsaan, Fiqh Demokratik Kaum Santri" (kumpulan tulisan), "Kiai Menggugat" (pemikiran bentuk wawancara). Sedangkan disertasinya yang berjudul "Shilatullah bil-kauni fi al-Tashawwuf al-Falsafi" (Bashori:2014 di Unduh pada tanggal 29 Mei 2016).
Post a Comment